Kelebihan dan Kekurangan Pakai Atap Pelana Minimalis

Posted on

Atap pelana minimalis merupakan salah satu model desain atap yang paling sering ditemui, khususnya untuk rumah-rumah di Indonesia. Atap pelana memiliki ciri khas dua sisi miring yang bersatu di puncak, menciptakan siluet berbentuk segitiga, mirip dengan pelana kuda. Pada akhirnya, nama “atap pelana” berasal dari bentuk ini.

Umumnya, kemiringan atap pelana berkisar antara 30 hingga 40 derajat. Desain ini berfungsi untuk memastikan aliran air hujan yang optimal, sekaligus menciptakan ruangan tambahan di bawahnya yang dapat digunakan sebagai loteng.

Kelebihan dan Kekurangan Pakai Atap Pelana Minimalis
colorbond.id

Keunggulan Atap Pelana Minimalis

Tidak dapat dipungkiri bahwa rumah dengan atap pelana cukup populer di Indonesia karena berbagai keunggulannya.

Mudah Dalam Pemasangan

Salah satu keuntungan utama dari atap pelana adalah cara pemasangannya yang sederhana. Desain yang tidak rumit ini memungkinkan atap tersebut dipasang dengan cepat tanpa memerlukan metode konstruksi yang kompleks. Rangka atap pelana biasanya terbuat dari bahan seperti kayu atau baja ringan yang dibentuk segitiga.

Rangka yang berbentuk segitiga ini memberikan stabilitas yang baik dan mempercepat aliran air hujan, sehingga menurunkan kemungkinan terjadinya kebocoran. Selain itu, material yang digunakan cenderung ringan, sehingga proses konstruksi menjadi lebih efisien dan tidak memerlukan alat berat untuk dipasang.

Lebih Hemat Biaya

Apabila dibandingkan dengan model atap lainnya, proses pemasangan atap pelana tergolong lebih mudah dan lebih cepat. Ditambah lagi, jumlah bahan yang diperlukan untuk membangun atap pelana biasanya lebih sedikit dibandingkan jenis atap lainnya, menjadikannya pilihan yang lebih hemat.

Untuk bahan rangka, umumnya digunakan kayu, baja ringan, atau besi hollow, masing-masing memiliki kelebihan dalam aspek biaya dan ketahanan. Jenis material penutup bisa berupa genteng tanah liat, genteng metal, atau lembaran asbes yang ringan dan terjangkau. Dengan berbagai pilihan material ini, atap pelana memberikan fleksibilitas anggaran sesuai keinginan pemilik rumah.

Sirkulasi Udara yang Efisien

Desain atap pelana minimalis yang miring secara alami memfasilitasi aliran udara di dalam rumah. Atap yang miring menyisakan ruang di bawahnya (atau plafon) dengan ketinggian lebih, sehingga udara panas dapat terakumulasi di bagian atas dan lebih cepat keluar melalui ventilasi.

Hal ini juga memudahkan udara segar dari luar untuk masuk dan beredar di dalam rumah, menjaga suhu di dalam tetap lebih sejuk dan nyaman, terutama pada iklim tropis. Dengan demikian, atap pelana berkontribusi penting dalam menjaga kenyamanan suhu tanpa membutuhkan sistem pendingin yang rumit.

Risiko Kebocoran yang Rendah

Desain atap ini memungkinkan air hujan mengalir turun dengan mudah. Ini mengurangi kemungkinan terjadinya genangan air di area tertentu dan meminimalisir risiko terjadinya kebocoran.

Ruang Tambahan di Bawah Atap

Salah satu fitur menarik dari atap pelana adalah adanya ruang tambahan di bawahnya. Ruang ini bisa digunakan untuk berbagai tujuan, seperti loteng, atau bahkan sebagai kamar tidur tambahan.

Kekurangan Atap Pelana

Meskipun atap pelana memiliki banyak keuntungan, ada juga beberapa kelemahan yang harus Anda pertimbangkan. Berikut adalah beberapa poin terkait kelemahan dari atap pelana.

Rentan terhadap Angin Kuat

Dengan bentuknya yang segitiga dan miring, atap ini sering kali mengalami tekanan angin yang lebih besar. Jika struktur penopangnya tidak dipasang dengan baik atau tidak memiliki perhitungan keseimbangan yang tepat, ada kemungkinan atap bisa mengalami kerusakan atau bahkan runtuh.

Kemungkinan Retak Akibat Cuaca

Paparan sinar matahari yang kuat dan hujan yang terus menerus membuat atap pelana minimalis lebih mudah mengalami retak. Jika retakan kecil ini tidak segera diperbaiki, mereka dapat menjadi masalah yang lebih serius, yang akan mempengaruhi daya tahan atap. Meskipun desain atap pelana dapat mencegah genangan air, paparan cuaca ekstrem dalam waktu lama tetap dapat merusak kualitas bahan atap.

Beban Air Hujan yang Tidak Merata

Dengan hanya dua sisi untuk mengalirkan air, hujan yang deras bisa cepat mengalir ke sisi tertentu. Hal ini dapat menyebabkan tekanan yang tinggi pada struktur atap. Jika kemiringan atap tidak tepat, air hujan yang terakumulasi dapat membuat atap berisiko runtuh sebagian.

Kebutuhan untuk Ketelitian Ekstra dalam Pemasangan

Atap pelana memang tampak mudah dalam pemasangannya, namun Anda harus merencanakannya dengan hati-hati. Kemiringan yang terlalu landai atau terlalu curam bisa menimbulkan masalah, seperti genangan air atau ubin yang dapat lepas. Umumnya, sudut kemiringan yang direkomendasikan untuk atap pelana berada di antara 30 sampai 40 derajat.

Tidak Tahan Terhadap Angin Kuat

Karena luasnya permukaan, atap pelana cenderung tidak tahan terhadap angin. Semakin tajam sudut atapnya dan semakin lebar atap tersebut, semakin besar kemungkinan angin akan mendorong struktur atap. Oleh karena itu, jenis atap ini jarang dipasang di daerah yang memiliki kecepatan angin yang tinggi.

Perbandingan Atap Pelana vs Atap Limas

Bersumber dari video TikTok @karyamasbali. menggunakan atap pelana minimalis ini akan membuat ruangan dalam rumah terlihat lebih lega karena plafon yang digunakan mengikuti bentuk atap. Bisa juga menambah kaca di bagian atasnya guna memaksimalka cahaya dan desainnya pun menjadi estetik. Sementara itu, jika menggunakan atap limas ruangan akan terasa adem karena punya batas antara genteng dengan plafon. Penghuni rumah juga bisa menambahkan hiasan lampu strip led di plafon. Atap jenis limas juga bisa menahan beban air hujan. Secara menyeluruh, keduanya sama-sama unggul. Ini kembali lagi pada preferensi kebutuhan dan keinginan masing-masing.